6/25/2015

Filled Under: , , ,

Laporan Kasus Radiologi Ileus Obstruktif

Laporan kasus Ileus Obstruktif dalam blog ini disusun berdasarkan kasus nyata maupun kasus fiktif. Seluruh referensi  dalam laporan kasus Ileus Obstruktif ini kami tulis berdasarkan literatur. Apabila ada prosedur penegakan diagnosis atau tatalaksana yg kurang tepat silahkan tinggalkan komentar pada artikel laporan kasus Ileus Obstruktif ini.

Abstrak
Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan atau hambatan yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus, sehingga memunculkan gejala-gejala obstruktif seperti muntah, distensi abdomen, nyeri abdomen dan tidak bisa defekasi. Menurut Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia  di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004. Pemeriksaan rontgen abdomen tiga posisi meliputi posisi supine, erect dan left lateral decubitus bisa sangat bermanfaat dalam mengkonfirmasi diagnosis ileus obstruktif. Adanya gambaran usus terdistensi dengan batas udara-cairan > 2, yang berukuran lebih dari 2,5 cm, serta adanya gambaran batas udara cairan dengan selisih 5 mm pada satu segmen usus pada film tegak memiliki nilai signifikan dalam membantu penegakan diagnosis ileus obstruktif. Terapi ileus obstruktif biasanya melibatkan intervensi bedah emergensi, sehingga penegakan diagnosis yang cepat  dan akurat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang terutama rontgen abdomen sangat dibutuhkan.

Isi
Pasien wanita berusia 65 tahun datang dengan keluhan perut terasa kembung dan nyeri. Keluhan nyeri awalnya dirasakan pada bagian tengah perut dan hilang timbul sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh mual. Pasien mengatakan tidak bisa kentut dan BAB. Sebelumnya BAB rutin 1-2 hari sekali, diare disangkal. Kemudian pasien mengeluh muntah. Badan terasa lemas dan nafsu makan menurun. BAK tidak ada keluhan, air kencing kuning, tidak bercampur darah atau berpasir. Saat datang ke RS keluhan nyeri perut semakin dirasakan. Muntah 2x sebelum ke RS. Muntah berupa makanan yang dimakan dan bercampur warna sedikit kehijauan. BAB (-), flatus (-). Riwayat periksa/minum obat untuk mengurangi keluhan disangkal. Pasien memiliki riwayat Hipertensi.
Vital sign: Tekanan darah 170/110 mmHg, nadi 86 kali/menit, respirasi 22 kali/menit, dan suhu 37,40C.
Pemeriksaan fisik : Mata CA -/- SI-/- Cowong -/-, Telinga sekret -/-, Hidung sekret -/-, nafas cuping -/-, Mulut buchal basah (+), Lnn teraba (-)Thorax simetris, vesikuler, ronkhi-/-. wheezing-/- S1-S2 reguler murni, Abdomen supel, hypertimpani (+), peristaltik (+) meningkat, metallic sound (-), NT (+) perut kanan atas dan bawah, hernia (-) hepatomegali (-), ekstremitas edema (-) akral hangat, nadi teraba kuat.
Foto abdomen 3 posisi: tampak dilatasi usus pada proyeksi sentral dengan gambaran Herring bone, tampak multiple air fluid level dengan step-ladder patter. Tak jelas adanya udara bebas dalam peritoneum dan tak tampak adanya dilatasi pada proyeksi colon.
Kemudian dilakukan tindakan operasi cito laparotomi eksplorasi atas indikasi Ileus Obstruktif. Durante operasi didapatkan adanya volvulus pada segmen ileocaecal junction yang menyebabkan obstruksi.


Diagnosis
Ileus Obstruktif e.c Volvulus Ileocaecal Junction
Hipertensi Stage II tidak terkontrol
Terapi
- Operasi cito laparotomi eksplorasi
- Inf. RL 20 tpm
- Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
- Inj. Ketorolac 30mg/8 jam
- Inj. Ranitidin 150mg/12 jam

Diskusi
Pasien pada kasus ini datang dengan keluhan mual muntah, nyeri perut, distensi abdomen dan tidak bisa flatus serta BAB. Keluhan dirasakan sejak 3 hari dan memburuk hingga pasien datang ke RS. Keluhan tersebut merupakan tanda kardinal dari kondisi ileus obstruktif. Menurut Jackson & Raiji (2011) hampir 15% pasien yang datang ke instalasi gawat darurat dengan keluhan akut abdomen merupakan kasus ileus obstruktif. Penegakan diagnosis yang baik dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang harus dilakukan dengan segera karena kasus ileus obstruktif merupakan salah satu kondisi akut abdomen. Kasus ini merupakan salah satu kasus yang biasanya memerlukan intervensi bedah emergensi karena bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan komplikasi seperti iskemia, perforasi serta gangguan hemodinamika dan elektrolit, hingga menyebabkan kematian. 
Pemeriksaan awal pada pasien dengan gejala kardinal ileus obstruktif meliputi pemeriksaan foto polos abdomen posisi erect dan left lateral decubitus. Pada posisi tersebut keberadaan udara bebas dalam peritoneum dapat terlihat diatas proyeksi hepar. Pemeriksaan rontgen abdomen hampir 60% akurat dalam menegakkan diagnosis ileus obstruktif. Namun foto polos abdomen dapat pula memperlihatkan kondisi normal pada kondisi awal obstruksi atau pada obstruksi segmen duodenal dan jejunal. Pada hasil rontgen abdomen 3 posisi pasien ini menunjukkan adanya dilatasi beberapa loops proyeksi usus halus, serta terdapat gambaran batas udara cairan yang tersususn step ladder atau pola tangga pada posisi erect. Gambaran ini sangat mengarah pada kondisi ileus obstruktif mekanik. Sesuai penelitian Thompson et.al (2007) yang berkesimpulan bahwa adanya gambaran lebih dari 2 batas udara air, dengan ukuran lebih dari 2,5 cm, dan adanya batas udara air dengan ukuran selisih 5 mm pada satu segmen usus yang terdilatasi pada foto rontgen abdomen merupakan tanda yang signifikan untuk ileus obstruksi. Tindakan pembedahan direkomendasikan pada pasien yang tidak membaik dalam 48 jam setelah dilakukan perawatan konservatif (Fevang et.al, 2007). Sedangkan pada kasus ini, kurang dari 24 jam setelah diagnosis ileus obstruktif ditegakkan, segera direncakan tindakan pembedahan laparotomi eksplorasi sebagai tindakan definitif. Durante pembedahan, ditemukan adanya volvulus pada segmen ileocaecal junction yang merupakan penyebab terjadinya obstruksi. Kemudian didapatkan usus yang kolaps pada bagian distal dari lokasi volvulus. Hal tersebut sesuai dengan gambaran radiologis abdomen yang mana hanya tampak dilatasi pada proyeksi sentral atau usus halus, yaitu proksimal dari lokasi volvulus. Sedangkan gambaran dilatasi proyeksi colon cenderung tidak tampak.

Kesimpulan
- Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan atau hambatan. Kondisi tersebut mengakibatkan tanda dan gejala kardinal ileus obstruktif yaitu; nyeri abdomen, distensi abdomen, mual muntah dan tidak bisa defekasi. Kasus ileus obstruktif adalah salah satu akut abdomen yang biasanya memerlukan tindakan bedah emergensi, karena memiliki komplikasi yang dapat berujung pada kematian.
- Penegakan diagnosis ileus obstruktif berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang salah satunya rontgen abdomen 3 posisi.
- Pada foto rontgen abdomen 3 posisi adanya gambaran lebih dari 2 batas udara air, dengan ukuran lebih dari 2,5 cm, dan adanya batas udara air dengan ukuran selisih 5 mm pada satu segmen usus yang terdilatasi  merupakan tanda yang signifikan untuk ileus obstruksi (p< 0.001).
- Pada pasien ini hasil anamnesis pemeriksaan fisik yang menunjukkan adanya tanda dan gejala kardinal ileus obstruktif; pemeriksaan penunjang menunjukkan adanya gambaran batas udara air multipel tersusun pola tangga, dilatasi proyeksi usus halus, serta pasca pembedahan ditemukan volvulus pada segmen ileocaecal junction sehingga tegak diagnosis ileus obstruktif e.c volvulus segmen ileocaecal junction.


Referensi
1. Ali Nawaz Khan, MBBS, FRCS, FRCP, FRCR . (2013) Small-Bowel Obstruction Imaging  http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview#a01 
2. Fevang BT, Jensen D, Svanes K, Viste A. Early operation or conservative management of patients with small bowel obstruction? Eur J Surg. 2002;168(8–9):475–481.
3. Jackson, P.G, Raiji, M.  (2011) Evaluation and Management of Intestinal Obstruction http://www.aafp.org/afp/2011/0115/p159.html 
4. Lappas JC, Reyes BL, Maglinte DD. Abdominal radiography findings in small-bowel obstruction: relevance to triage for additional diagnostic imaging. AJR Am J Roentgenol. 2001;176(1):167–174.
5. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Usus Halus, Apendiks, Kolon dan Anorektum. Buku Ajar Ilmu Bedah, Jakarta.
6. William M. Thompson et.al Accuracy of Abdominal Radiography in Acute Small-Bowel Obstruction: Does Reviewer Experience Matter? American Journal of Roentgenology 2007 188:3, W233-W238

1 komentar:

Crackor Squad said...
This comment has been removed by a blog administrator.