7/07/2015

, , , ,

Vitamin A : Benarkah memakan wortel bermanfaat bagi kesehatan mata?

Ibu-ibu emak-emak sering menyuruh anak mereka makan wortel, yang dibilang  banyak mengandung VItamin A. Katanya sih kalo banyak makan wortel membuat mata menjadi sehat. Benar gak sih?
          Menurut pakar neuro-oftalmologi UAMS (University of Arkansas for Medical Sciences), Dr. Joseph Chacko, manfaat wortel terhadap kesehatan mata bukanlah mitos. Hal tersebut memang benar adanya. Wortel adalah salah satu golongan sayuran berwarna yang mengandung banyak vitamin A yang membantu  fungsi retina. Bahkan secara luas para dokter merekomendasikan untuk memakan sayur dalam jumlah banyak dalam diet sehari-hari.



Human eye cross-sectional view grayscale.png
Credit: Wikipedia.org 

Lalu bagaimana penjelasan ilmiahnya?
     Vitamin A adalah salah satu vitamin essensial larut lemak, yang membantu pembentukan pigmen ungu yang disebut rhodopsin yang terletak pada area sensitif cahaya pada retina. Semakin banyak konsumsi vitamin A, maka makin banyak rhodopsin yang diproduksi. Akibatnya kemampuan penglihatan dalam gelap menjadi lebih baik. Jika Anda kurang mengkonsumsi vitamin A, terdapat resiko mengalami night blindness (rabun senja). Sehingga kemampuan penglihatan saat menjelang malam atau dalam kegelapan mengalami penurunan. 

7/03/2015

, ,

Membunyikan persendian menyebabkan radang sendi?


Kalau Anda tertarik dengan artikel ini saya yakin karena Anda sering melakukannya; "klek klek", "krek krek". Kadang sendi jari tangan, kadang leher, kadang punggung, iya kan? Sebenarnya apa sih yang berbunyi dari dalam persendian?

Kita bayangkan dulu sekilas gambaran dalam sendi. Ruang pada persendian dikelilingi oleh suatu cairan pelumas yang disebut cairan sinovial. Cairan sinovial adalah cairan yang jernih dan kental. Ketika kita membunyikan persendian (menekuk atau meluruskan paksa) terjadi mekanisme menjauhkan jarak antar tulang, sehingga memunculkan udara didalam sendi. Suara yang terdengar adalah "putusnya" pengunci pada sendi akibat udara yang muncul tadi. Berikut visualisasi MRI nya 




Lalu apakah kebiasaan "klek klek" sendi ini membahayakan? Menyebabkan radang sendi?
Tidak ada bukti secara ilmiah bahwa membunyikan sendi "klek klek" menyebabkan radang sendi atau arthritis. Yang sebenarnya terjadi akibat membunyikan sendi berulang-ulang adalah munculnya kelelahan yang menyebabkan nyeri sendi. 
Membunyikan sendi berulang ulang secara mekanis berarti menggerakkan paksa pembungkus sendi. Sehingga pada seseorang yang memang sudah menderita osteoarthritis (radang sendi dan tulang) dapat mengakibatkan rusaknya tulang rawan pada sendi, dan dapat memperburuk keluhan/gejala yang dirasakan. Sedangkan kebiasaan membunyikan sendi ini tidak ada peran sedikitpun terhadap kejadian arthritis rheumatoid atau penyakit rematik. Karena jenis penyakit ini murni disebabkan oleh gangguan imunitas yang menyerang persendian dalam tubuh sendiri.


Ada fakta menarik nih : "Seorang dokter bernama Donald Unger membunyikan sendi tangan kirinya SETIAP HARI dan berlangsung lebih dari 60 TAHUN! Uniknya, dia tidak pernah membunyikan sendi tangan kanannya. Hingga tahun 2009 dia memperoleh penghargaan di bidang Kedokteran, tidak ada radang sendi pada tangan kirinya!"  

7/02/2015

, , ,

Pengobatan Keloid

Laporan kasus pengobatan Keloid dalam blog ini disusun berdasarkan kasus nyata maupun fiktif. Laporan kasus yang juga membahas  pengobatan Keloid disusun berdasarkan berbagai macam literatur . Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan ini, silahkan tinggalkan komentar.

Gambaran klinis Keloid Pasien mengeluhkan adanya benjolan sebesar biji salak pada telinga kiri, terdapat 2 benjolan. Benjolan teraba kenyal, berwarna kemerahan, tidak terasa gatal ataupun nyeri. Menurut keterangan pasien, pasien sebelumnya pernah melakukan tindik pada telinga kiri. Sejak 1 tahun terakhir pasien mengaku tidak lagi rutin kontrol, sebelumnya pasien rutin melakukan suntik pada benjolan tersebut. Setelah 1 tahun tidak kontrol pasien merasa benjolan bertambah besar.

Pemeriksaan Dermatologis
UKK : Tampak tumor dengan permukaan licin ukuran 4 x 3 x 2 cm pada telinga kiri


Bagaimana gejala klinis keloid?
Bagaimana tatalaksana pasien keloid?
Bagaimana pemeriksaan penunjang keloid ?

Pembahasan
Definisi
Keloid adalah parut abnormal yang timbul sebagai akibat dari proses penyembuhan luka. Jaringan parut abnormal ini terbentuk akibat dari sintesis dan degradasi kolagen yang tidak seimbang. Komponen pemicu pembentuk keloid adalah fibronektin dan glikosaminoglikan yang berlebihan.

Manifestasi Klinis
Lesi berupa papul, nodul, tumor dari kenyal sampai keras, tidak teratur. Berbatas tegas menebal, padat, berwarna coklat, merah muda dan merah. Lesi yang masih awal kenyal, permukaan licin, kadang dikelilingi hufa eritematosa dan mungkin juga terdapat teleangiektasis. Pada perkembangannya lesi dapat disertai gatal dan nyeri
Gambaran selanjutnya dapat memanjang seperti cakar kadang dapat terjadi ulserasi serta bisa terbentuk sinus didalamnya. Sedangkan pada lesi yang lanjut biasanya sudah mengeras, hiperpigmentasi, dan asimetris. Keloid berkembang selama beberapa minggu sampai bulan setelah trauma. Keloid meluas diluar batas luka, tidak mengalami regresi secara spontan.
Lokasi yang sering pada kulit putih di wajah (pipi, telinga, ekstremitas atas, dada daerah parasternal, leher, punggung, ekstremitas bawah. Sedangkan pada orang kulit hitam sering di cuping telinga, wajah, leher, ekstremitas bawah, payudara, dada, punggung dan abdomen

Pemeriksaan penunjang
Pada keloid dapat dilakukan pemeriksaan histologis yang akan memberikan gambaran berupa peningkatan deposisi kolagen dan glikosaminoglikan yang merupakan komponen utama pembentuk matrik ekstraseluler. Kolagen pada keloid terdiri dari bundel kolagen hialin dengan susunan yang beraturan yang dikenal sebagai kolagen keloidal. Hal ini berbeda dengan bekas luka normal dimana bundel kolagen yang berorientasi sejajar dengan permukaan kulit.

Tatalaksana
1. Injeksi steroid intra lesi : Triamsinolon asetonid dapat menghambat sintesis kolagen dan pertumbuhan fibroblas secara invitro, triamsinolon asetonid dapat menurunkan TGF β. Dengan menurunnya TGF β akan menyebabkan ekspresi fibroblas dalam menghasilkan kolagen berkurang, selain itu kulit akan menjadi lebih lunak dikarenakan fibroblas berpoliferasi menjadi miofibroblas yang menyebabkan kontraksi pada luka dihambat pembentukannya.
2. Pembedahan (eksisi) : Tindakan ini mungkin berhasil dengan memuaskan, namun demikian berpotensi menimbulkan kekambuhan.
3. Krioterapi : Digunakanpada lesi yang berukuran kecil, penggunaannya dapat mengurangi nyeri akibat injeksi dan memperpanjang masa penyembuhan.
4. Radioterapi : dapat menyebabkan terjadinya eritema dan hiperpigmentasi
5. Laser : Penggunaan laser tidak cukup memuaskan, terapi laser menggunakan karbondioksida dan argon dapat memicu kekambuhan hingga 90 %. Namun demikian, hasil trapi dengan penggunaan pulsed dye laser yang mempunyai panjang gelombang 585nm. Penggunaan pulsed dye laser menghambat regulasi dari TGF β, dan meningkatkan regulasi dari metalproesterase MMP-13 yang akan menekan proliferasi fibroblas keloidalsebaik menginduksi apotosis
6. Silikon Bel Sheet : Penggunaan lembaran silikon gel sheet akan memberikan penghalang terhadap oklusi dan melunakkan bekas luka, juga mengurangi eritem.
7. Imiquimod : merupakan imunomodulator topikal sebagai terapi bagian luar genital & perianal. Imiquimod berperan melalui tol-like receptor 7 yang berperan dalam proses apregulasi sitokin proinflamasi seperti TNF α yang berperan dalam penurunan sintesis kolagten dan fibroblas.
8. Bleomisin : Suatu agen kemoterapi penyakit kanker, mempunyai efek menghalangi siklus sel, menurunkan DNA dan RNA dan menghasilkan ROS.
9. Imerferon α 2b : suatu sitokin yang memodulasi aktivitas faktor pertumbuhan dan telah terbukti memilii efek antiproliferatif dan antifibrolitik

Prognosis : Secara kosmetika, keloid mempunyai prognosis yang buruk dikarenakan belum ada terapi yang efektif dan efisien.

Referensi :
1. Edris AS. Management of Keloid and Hypertropjic Scar. Medic line
2. Djuanda. A (2010). Ilmu Penyaki Kulit dan Kelamin. Jakrta. FKUI
3. Siregar,RS (2004). Atlas Berwarna Saripati Penyzkit Kulit. Jakarta : EGC
4. Robles DT, Noore E, Draznin M,Berg P. Keloid : Patophysiology and Management. Dermatology online journal 13 (3):9