Laporan Kasus Penegakan Diagnosis Sindrom Guillain Barre ini disusun berdasarkan kasus fakta maupun fiktif. Seluruh tinjauan pustaka pada artikel Laporan Kasus Penegakan Diagnosis Sindrom Guillain Barre bersumber dari literatur. Apabila ada kesalahan dalam penulisan tinjauan pustaka pada Laporan Kasus Penegakan Diagnosis Sindrom Guillain Barre silahkan tinggalkan komentar.
Sindrom guillain barre adalah suatu penyakit demielinasi polineuropati akut yang merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis. Penyebab pasti dari keadaan ini belum diketahui. Diagnosis SGB terutama ditegakkan secara klinis. SBG ditandai dengan timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon. Pada sebagian besar penderita dapat sembuh sendiri. Pengobatan secara umum bersifat simtomatik.
Kasus
Pasien datang dengan keluhan anggota gerak atas dan bawah sejak ± 1 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien mengalami demam dan muntah-muntah, beberapa hari kemudian anggota gerak perlahan menjadi lemas dan tidak bisa digerakkan.
Anamnesis Sistem
- Neurologi :Nyeri pinggang (-), Panas (-), pusing (-), kesadaran menurun (-), kelemahan anggota gerak (+), kejang (-)
- Respirasi : Batuk (-), pilek (-), sesak napas (-)
- Kardiovaskular : Pucat (-), debar-debar (-),
- Gastrointestinal : Muntah (-), mual (-), nyeri perut (-), BAB lancar
- Urogenital : BAK lancar, nyeri BAK (-)
- Muskuloskeletal : lemah anggota gerak (+)
Pemeriksan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : CM
GCS : EVM (456)
Vital Sign
Tensi : 110/ 70 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37º C
Kepala : Conjungtiva anemis (-/-), pupil isokor
Leher : Tekanan vena jugularis tidak meningkat, Lnn tidak teraba
Jantung : Suara S1 dan S2 reguler, bising (-)
Abdomen : Bunyi usus (+) normal, supel
Ekstrimitas : Tetraparesis (+), oedem (-)
Neurologi : Tes Hoffman Tromner (-), tes babinski (-), tes chaddoc (-)
Diagnosis : Sindroma Guillain Bare
Terapi : Injeksi dexamethason 3x1
Enerplus 2x1
Infus RL
Pembahasan
Sindrom guillain barre adalah suatu penyakit demielinasi polineuropati akut yang merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan nervus kranialis. Usaha untuk mengetahui etiologi dari sindrom guillain barre terus dilakukan. Walaupun sudah dapat diketahui bahwa SGB bukan penyakit herediter dan menular namun penyebab pasti dari keadaan ini belum diketahui. Data penelitian menunjukan bahwa pasien yang menderita SGB memiliki riwayat sakit karena agen virus tertentu 1-3 minggu sebelumnya.
Diagnosis SGB terutama ditegakkan secara klinis. SBG ditandai dengan timbulnya suatu kelumpuhan akut yang disertai hilangnya refleks-refleks tendon dan didahului parestesi dua atau tiga minggu setelah mengalami demam disertai disosiasi sitoalbumin pada likuor dan gangguan sensorik dan motorik perifer.
Kriteria diagnostik SGB menurut The National Institute of Neurological and Communicative Disorders and Stroke ( NINCDS)
Gejala utama :
1. Kelemahan yang bersifat progresif pada satu atau lebih ekstremitas dengan atau tanpa disertai ataxia
2. Arefleksia atau hiporefleksia yang bersifat general
Gejala tambahan :
1. Progresifitas: gejala kelemahan motorik berlangsung cepat, maksimal dalam 4 minggu, 50% mencapai puncak dalam 2 minggu, 80% dalam 3 minggu, dan 90% dalam 4 minggu.
2. Relatif simetris.
3. Gejala gangguan sensibilitas ringan.
4. Gejala saraf kranial, 50% terjadi parese N VII dan sering bilateral. Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidah dan otot-otot menelan, kadang < 5% kasus neuropati dimulai dari otot ekstraokuler atau saraf otak lain.
5. Pemulihan: dimulai 2-4 minggu setelah progresifitas berhenti, dapat memanjang sampai beberapa bulan.
6. Disfungsi otonom. Takikardi dan aritmia, hipotensi postural, hipertensi dan gejala vasomotor.
7. Tidak ada demam saat onset gejala neurologis
Pemeriksaan LCS :
1. Peningkatan protein
2. Sel MN < 10 /ul
Pemeriksaan elektrodiagnostik : terlihat adanya perlambatan atau blok pada konduksi impuls saraf
Kesimpulan
Sebagian besar kasus sindrom guillain barre ini mempunyai prognosis yang baik. Bahkan sebagian kasus dapat sembuh sendiri. Namun pengobatan secara umum tetap dilakukan dengan tujuan meringankan gejala. Selain itu perlu dipikirkan waktu perawatan yang cukup lama akibat kelemahan yang ditimbulkan sehingga menyebabkan angka kecacatan (gejala sisa) cukup tinggi.
Referensi
1. American Association of Family Physician. (2004). Guillain-Barre syndrome. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 http://www.aafp.org/afp/2004/0515/p2405.html
2. Chibber, Sameer. Tseng, Brian. (2010). Guillain-Barre Syndrome in Childhood. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2011 dari http://www.emedicine.medscape.com/article/1180594-overview
3. Davids, Heather Rachel. Oleszek, Joyce L.., Cha-Kim, Angela.. (2010). Guillain-Barre Syndrome. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2011 dari www.emedicine.medscape.com
4. Harsono. (2007). Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gama Press.