Laporan kasus Episode Depresif Berat dalam blog ini disusun berdasarkan kasus nyata maupun kasus fiktif. Seluruh referensi dalam laporan kasus Episode Depresif Berat ini kami tulis berdasarkan literatur. Apabila ada prosedur penegakan diagnosis atau tatalaksana yg kurang tepat silahkan tinggalkan komentar pada referat laporan kasus Episode Depresif Berat ini.
Seorang wanita, Ny. M, 24 tahun diantar oleh ibunya datang ke Poliklinik Jiwa dengan keluhan Ibu pasien merasa ada perubahan yang terjadi pada anaknya. Ibu pasien menyadari perubahan pada anaknya sejak 2 tahun yang lalu, sejak anaknya bekerja di modiste yang diikutinya. Anaknya menjadi jauh lebih pendiam, kadang-kadang menangis sendiri, atau kadang-kadang diam saja. Pasien mengatakan dengan yakin bahwa perasaan bersalah itu selalu ada di dalam dirinya, pasien juga tidak mengerti mengapa rasa bersalah itu ada dan terus-terusan membuat pasien sedih dan merasa berdosa, sehingga pasien terus-terusan diam dan merenung. Pasien sempat merasa konsentrasi dan perhatiannya berkurang terhadap sesuatu, Pasien juga sempat merasa tidurnya terganggu, kadang menjadi tidak nyenyak dan sering terbangun.
Pemeriksaan tanda-tanda vital sign dalam batas normal : Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi : 88x/menit, Laju Respirasi : 22x/menit, Suhu : 36,5. Pemeriksaan fisik didapatkan semua dalam batas normal :
Status Psikiatri :
Wanita berumur 24 tahun, tampak berpakaian wajar dan sesuai dengan usianya dan jenis kelaminnya, pasien tampak murung, sedih, dan tatapannya kosong.
Status Psikiatri
Kesadaran : Compos mentis
Orientasi : Orang, Waktu, Tempat, Situasi : Baik
Sikap : Apatis Hipoaktif
Perilaku motorik : Cara berjalan normal, normo aktivitas
Penampilan/rawat diri : Cukup, Sesuai umur, sesuai gender
Mood : Depresif/disforik
Afek : Terbatas atau menyempit
Bentuk pikiran : Non realistic
Progresi piker
Kuantitatif : Remming
Kualitatif : Relevan dan koheren
Isi Pikir : Miskin Isi Pikir
Waham : Waham bersalah, waham berdosa
Hubungan Jiwa : Sulit dibina
Perhatian : Mudah ditarik, sulit dicantum
Persepsi : Halusinasi (-)
Insight : Derajat 1
Diagnosis :
AKSIS I (Gangguan jiwa, kondisi yang menjadi fokus perhatian)
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
AKSIS II (Gangguan kepribadian, retardasi mental)
Tidak ada
AKSIS III (Kondisi Medik Umum)
Tidak ada
AKSIS IV (Stressor Psikososial)
Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial
AKSIS V (Fungsi Sosial)
50-41 : gejala berat (serius), disabilitas berat
Terapi :
Farmakoterapi
- Anti Depresant
Amitryptiline 2 x 25 mg
Diberikan kepada pasien usia muda (young healthy) yang lebih besar toleransi terhadap efek samping sedatif, otonomik, dan kardiologik relative besar, bermanfaat untuk meredakan “agitated depression”.
- Anti Psikotik (Serotonin Dopamin Antagonis)
Risperidone 2 x 2mg
Diberikan kepada pasien dengan gejala psikotik dimana gejala negatif yang lebih dominan seperti adanya gangguanperasaan, gangguan hubungan social (menarik diri), gangguan proses piker.
Psikoterapi
• Terapi interpersonal
Berfokus pada konteks sosial depresi dan hubungan pasien dengan orang lain. Memberikan ventilasi yakni memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan keinginannya supaya pasien merasa lega.
• Terapi kognitif-behavioral
Berfokus pada mengoreksi pikiran-pikiran negatif, perasaaan bersalah yang tidak rasional dan rasa pesimis pasien. Dapat juga dengan memberikan nasehat dan pengertian kepada pasien mengenai penyakitnya dan cara menghadapinya agar pasien mengetahui kondisi dirinya.
• Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang sekitar agar memberi dukungan kepada pasien. Dukungan moral dan suasana kondusif sehingga membantu proses penyembuhan.
Diskusi :
Episode depresi. Mood terdepresi, kehilangan minat dan berkurangnya energy adalah gejala utama dari depresi. Pasien mungkin mengatakan perasaannya sedih, tidak mempunyai harapan, dicampakkan, atau tidak berharga. Emosi pada mood depresi kualitasnya berbeda dengan emosi duka cita atau kesedihan yang normal.
Pasien dalam keadaan mood terdepresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan.
Adapun gambaran klinik dari pasien depresi ini antara lain :
, yang mungkin dinyatakan pasien sebagai suatu kehilangan dan sedih. Biasanya dia menarik diri dari kehidupan sosialnya. Segala sesuatu kelihatannya tanpa harapan, selalu murung, ansietas mungkin ada atau pasien mungkin mencoba untuk menyembunyikan keluhannya (depresi senyum).
1. Variasi diurnal, dimana semua gejala cenderung memburuk pada dini hari dan membaik di siang hari.
2. Bunuh diri, dapat menjadi tanda awal penyakit. Kemungkinan bunuh diri sulit diduga sebelumnya, tetapi selalu harus diperhitungkan. Pikiran bunuh diri seharusnya selalu ditanyakan dan jika ada harus dianggap serius. Penderita depresi jarang membunuh keluarganya, tetapi kalau terjadi biasanya karena dia merasa harus menyelamatkan keluarganya dari kehidupan yang sengsara.
3. Retardasi atau perlambatan berpikir biasa ditemukan dan dicerminkan dalam pembicaraan serta pergerakannya. Ada kemiskinan pikiran dan kesulitan berkonsentrasi. Pada kasus lain agitasi mungkin menjadi gejala dominan, disertai dengan adanya kegelisahan motorik yang nyata.
4. Perasaan bersalah sering ditemukan disertai mengomeli diri sendiri dan turunnya penilaian diri. Dalam kasus berat, bisa timbul waham dimana penyakit yang dideritanya merupakan suatu hukuman untuk dosanya di masa lampau, baik itu dosa yang dikhayalkannya maupun kesalahan yang memang benar-benar pernah ia lakukan. Pasien juga bisa merasa bahwa dia dipandang rendah dan dituduh bejad oleh orang lain. Kemungkinan ada keasyikan sendiri, hipokondriasis dan waham hipokondria. Mungkin juga ada waham kemiskinan atau waham nihilistik.
5. Halusinasi jarang ditemukan, tetapi dapat timbul pada kasus berat.
6. Depersonalisasi dan derealisasi tidak jarang terjadi. Pasien menyatakan bahwa dia kehilangan perasaan dan mempunyai sensasi asing. Dia merasa tidak nyata dan baginya benda-benda terlihat tidak nyata.
7. Pikiran dan tindakan berisi perasaan bersalah atau menyalahkan diri sendiri mungkin ditemukan.
8. Insomnia sering ditemukan. Gejala khasnya pasien mula-mula bangun dini hari, kemudian semakin lama semakin pagi dan bahkan akhirnya dapat menjadi insomnia total.
9. Anoreksia, konstipasi, gangguan pencernaan, penurunan berat badan, amenore dan kehilangan libido biasa ditemukan. Mungkin terjadi kelelahan dan letargi, atau tanda autonom ansietas.
Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat timbul pada sekitar dua pertiga pasien depresi, dan 10-15% melakukan bunuh diri. Mereka yang dirawat dirumah sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri mempunyai umur hidup lebih panjang disbanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan aktifitas yang sebelumnya menarik bagi dirinya. Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan menyelesikan tugas, mengalami kendala disekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam kegiatan baru. Sekitar 80% pasien mengeluh masalah tidur, khusunya terjaga dini hari (terminal insomnia) dan sering terbangun dimalam hari karena memikirkan masalh yang dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan, demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat badan serta mengalami tidur lebih lama dari yang biasa.