Problem
|
Nn. D (22 tahun) post kecelakaan
lalu lintas datang ke IGD dengan keluhan perut sebelah kiri atas terasa nyeri
(+) menjalar sampai ke bahu kiri (+), nyeri pinggang kiri atas (-), keluhan
BAK darah (-), riwayat pingsan (+) setelah kecelakaan, namun nyeri kepala,
muntah dan mual disangkal.
|
Hipotesis
|
Diagnosis : ruptur lien (splenic
rupture)
Diagnosis banding :
-
Ruptur gaster
-
Fraktur costa pulmo
sinistra
-
Ruptur ginjal kiri
-
Soft tissue injury
|
Data
tambahan
|
KU : sedang, compos mentis
GCS : E4V5M6
Vital sign
TD : 100/60
HR : 100 x/menit
RR : 24 x/menit
T : 36,6 ◦C
Kepala : CA -/- SI -/-
Thorax : Pulmo : vesikuler,
simetris, sonor
Cor : S1 S2 reguler
Abdomen : tampak bruise di perut
kiri atas, supel, defense muscular (-), nyeri tekan pada kuadran kiri atas
(+), nyeri ketok ginjal (-), dullness(+), timpani (+), peristaltik (+).
Ekstremitas : akral hangat, nadi
kuat
Darah Lengkap
15 Januari 2013 pukul 15.07
Hb : 13,0
AL : 14,56
AE : 4,66 ribu
AT : 456
HMT : 39,3
Pukul
17.54
Hb : 11,3
Pukul
18.23
Hb : 10,6
Pukul
19.00
Hb : 9,7
AL : 20,09
AE : 3,47
AT : 436
HMT : 29,1
Post-Operasi
Hb : 8,8
AL : 17,2
AE : 3,04 ribu
AT : 314
HMT : 24,7
Eosinofil : 0
Basofil : 0
Batang : 0
Segmen : 82
Limfosit : 13
Monosit : 13
|
Learning
Objective
|
1. Bagaimana
mekanisme terjadinya ruptur lien?
2. Mengapa
pasien mengeluh nyeri perut kiri atas yang menjalar ke bahu kiri atas?
3. Bagaimana
cara menegakkan diagnosis ruptur lien secara tepat?
4. Apa penanganan yang tepat diberikan untuk
pasien?
|
Pemecahan
Masalah
|
|
1.
Bagaimana mekanisme
terjadinya ruptur lien?
|
|
·
Ruptur lien merupakan
kondisi rusaknya lien akibat suatu trauma misalnya trauma tumpul, trauma
tajam, ataupun trauma saat operasi.
·
Anatomi dan Fisiologi
Lien
berasal dari diferensiasi jaringan mesenkimal mesogastrium dorsal. Berat
rata-rata pada manusia dewasa berkisar 75-100 gram, biasanya
sedikit mengecil setelah berumur 60 tahun sepanjang tidak disertai
adanya patologi lainnya, ukuran dan bentuk bervariasi, panjang ± 10-11 cm,
lebar ± 6-7 cm, tebal ± 3-4 cm.
Lien
terletak di kuadran kiri atas dorsal di abdomen pada permukaan bawah
diafragma, terlindung oleh iga ke IX, X, dan XI. Lien terpancang ditempatnya
oleh lipatan peritoneum yang diperkuat oleh beberapa ligamentum suspensorium
yaitu :
1.Ligamentum splenoprenika
posterior (mudah dipisahkan secara tumpul).
2.Ligamentum gastrosplenika,
berisi vasa gastrika brevis.
3.Ligamentum
splenokolika terdiri dari bagian lateral omentum majus.
4.Ligamentum
splenorenal.
Lien
merupakan organ paling vaskuler, dialiri darah sekitar 350 liter per hari dan
berisi kira-kira 1 unit darah pada saat tertentu.
Vaskularisasinya meliputi arteri lienalis, variasi cabang pankreas dan beberapa cabang dari gaster (vasa brevis). Arteri lienalis merupakan cabang
terbesar dari trunkus celiakus. Biasanya menjadi 5-6 cabang pada hilus sebelum memasuki lien.
Pada 85 % kasus, arteri lienalis bercabang menjadi 2 yaitu ke superior dan
inferior sebelum memasuki hilus. Sehingga hemisplenektomi bisa dilakukan pada
keadaan tersebut. Vena lienalis bergabung dengan vena
mesenterika superior membentuk vena porta. Secara fisik, lien
banyak berhubungan dengan organ vital abdomen yaitu, diafragma kiri di superior,
kaudal pankreas di medial, lambung di anteromedial, ginjal kiri dan kelenjar
adrenal di posteromedial, dan fleksura splenikus di inferior.
Fisiologi
Fungsi lien dibagi menjadi 5
kategori :
1.Filter sel
darah merah
2.Produksi opsonin-tufsin dan properdin
3.Produksi Imunoglobulin M
4.Produksi
hematopoesis in utero
5.Regulasi sel limfosit T dan B
Pada janin usia 5-8 bulan lien
berfungsi sebagai tempat pembentukan sel darah merah dan putih, dan tidak
berfungsi pada saat dewasa. Selain itu, lien berfungsi menyaring darah,
artinya sel yang tidak normal, diantaranya eritrosit, leukosit, dan trombosit
tua ditahan dan dirusak oleh sistem retikuloendotelium di lien.
Lien juga merupakan organ
pertahanan utama ketika tubuh terinvasi oleh bakteri melalui darah dan tubuh belum memiliki antibodi. Kemampuan ini akibat adanya
mikrosirkulasi yang unik pada lien. Sirkulasi ini memungkinkan
aliran yang lambat sehingga lien punya waktu untuk memfagositosis
bakteri, sekalipun opsonisasinya buruk. Lien juga berperan dalam
perombakan sel darah merah yang telah rusak.
Patogenesis
Ruptur lien dapat dibagi berdasar
trauma penyebabnya yaitu :
1.
Trauma
Tajam
Trauma
ini dapat terjadi akibat luka tembak, tusukan pisau atau benda tajam lainnya.
Pada luka ini biasanya organ lain ikut terluka tergantung arah trauma. Yang
sering dicederai adalah paru-paru, lambung, lebih jarang pankreas, ginjal
kiri dan pembuluh darah mesenterium.
2.
Trauma Tumpul
Lien
merupakan organ yang paling sering terluka pada trauma tumpul abdomen atau
trauma thoraks kiri bawah. Keadaan ini mungkin disertai kerusakan usus halus,
hati, dan pankreas. Penyebab utamanya adalah cedera langsung atau tidak langsung karena
kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari tempat tinggi, pada olahraga luncur dan
olahraga kontak seperti judo, karate dan silat. Ruptur lien yang lambat dapat
terjadi dalam jangka waktu beberapa hari sampai beberapa minggu setelah
trauma. Pada separuh kasus masa laten ini kurang dari 7 hari. Hal ini karena adanya tamponade sementara pada laserasi kecil, atau adanya hematom
subkapsuler yang membesar secara lambat dan kemudian pecah.
3.
Trauma
Iatrogenik
Ruptur
lien sewaktu operasi dapat terjadi pada operasi abdomen bagian atas, misalnya
karena retractor yang dapat menyebabkan lien terdorong atau ditarik terlalu jauh
sehingga hilus atau pembuluh darah sekitar hilus robek. Cedera iatrogen lain
dapat terjadi pada punksi lien (splenoportografi).
4. Ruptur
Spontan
Lien
dapat pecah spontan pada penyakit yang disertai dengan pembesaran lien,
seperti gangguan hematologik jinak maupun ganas, mononukleosis, malaria
kronik, sarkoidosis, dan splenomegali kongestif pada hipertensi portal.
|
|
1. 2.
Mengapa pasien mengeluh nyeri perut kiri atas yang menjalar ke bahu kiri
atas?
Tanda fisik yang ditemukan pada
ruptur lien bergantung pada adanya organ lain yang terkena cedera, banyak sedikitnya perdarahan, dan adanya kontaminasi rongga peritoneum.
Perdarahan dapat menjadi masif sehingga mengakibatkan syok hipovolemik hebat yang
fatal. Dapat pula terjadi perdarahan yang berlangsung lambat sehingga sulit diketahui pada
pemeriksaan. Pada setiap kasus trauma lien harus
dilakukan pemeriksaaan abdomen secara berulang-ulang oleh
pemeriksa yang sama karena yang lebih penting adalah mengamati perubahan gejala
umum (syok, anemia) dan lokal di perut (cairan bebas, rangsangan peritoneum).
Pada ruptur yang lambat, biasanya penderita datang dalam keadaan syok, tanda perdarahan intrabdomen, atau
seperti ada tumor intraabdomen pada bagian kiri atas yang nyeri
tekan disertai anemia sekunder. Oleh karena itu, menanyakan riwayat trauma yang terjadi
sebelumnya sangat penting dalam menghadapi kasus ini. Penderita
umumnya berada dalam berbagai tingkat syok hipovolemi
dengan atau tanpa takikardi dan penurunan tekanan darah. Penderita
mengeluh nyeri perut bagian atas, tetapi sepertiga kasus mengeluh nyeri perut
kuadran kiri atas atau punggung kiri. Nyeri di
daerah puncak bahu disebut Kehr sign yag merupakan nyeri alih melalui
n.frenikus ke puncak bahu kiri jika ada rangsangan pada permukaan bawah
peritoneum diafragma. Mungkin nyeri di daerah bahu kiri baru timbul
pada posisi Tredenlenberg. Pada pemeriksaan fisik ditemukan masa di
kiri atas dan pada perkusi terdapat bunyi pekak akibat adanya hematom
subkapsular atau omentum yang membungkus suatu hematoma ekstrakapsular
disebut tanda Ballance. Kadang darah bebas di perut dapat dibuktikan
dengan perkusi pekak beralih.
|
|
2. Bagaimana
cara menegakkan diagnosis ruptur lien secara tepat?
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan hematokrit
perlu dilakukan berulang-ulang. Selain itu biasanya didapat
leukositosis.
Pemeriksaan kadar Hb, hematokrit, leukosit dan
urinalisis. Bila terjadi perdarahan akan menurunkan kadar Hb dan hematokrit
serta terjadi leukositosis. Sedangkan bila terdapat eritrosit dalam urine
akan menunjang akan adanya trauma saluran kencing.
Pemeriksaan Radiologi
Organ intra-abdominal yang sering terkena trauma
tumpul adalah lien, yang akan menyebabkan cedera lien dan terbentuknya
hematom. Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, diantaranya USG, CT
scan dan angiografi. Jika ada kecurigaan trauma lien, CT
Scan merupakan pemeriksaan pilihan utama.
Pendarahan dan hematom akan tampak sebagai daerah yang kurang densitasnya
dibanding lien. Daerah hitam melingkar atau ireguler dalam lien menunjukkan
hematom atau laserasi, dan area seperti bulan sabit abnormal pada tepi lien
menunjukkan subkapsular hematom. Kadang, dengan penanganan konservatif, abses
mungkin akan terbentuk kemudian dan dapat diidentifikasi pada CT Scan karena
mengandung gas. Sensitivitas pada CT Scan tinggi, namun spesifikasinya
rendah, dan kadang riwayat dan gejala penting untuk menentukan
diagnosis banding.
·
Gambaran yang paling sering ditemui
yaitu fraktur tulang iga kiri bawah. Fraktur iga menunjukkan adanya
tekanan yang kuat
pada kuadran kiri atas yang menyebabkan keadaan
patologi pada lien. Fraktur iga kiri bawah terdapat pada 44 % pasien dengan ruptur lien dan
perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan lebih lanjut.
·
Tanda klasik yang menentukan adanya
ruptur lien akut (tingginya diafragma sebelah kiri, atelektasis lobus
bawah kiri, dan efusi pleura) tidak selalu ada dan tidak bisa
dijadikan tanda yang pasti. Namun, tiap pasien dengan diafragma sebelah kiri yang meninggi
disertai dengan trauma tumpul abdomen harus dipikirkan sebagai trauma lien
sampai ditemukan diagnosis pasti.
·
Tanda yang lebih dapat dipercaya dari
trauma pada kuadran kiri atas yaitu perpindahan ke medial udara gaster dan
perpindahan inferior dari pola udara lien. Gambaran ini menunjukkan adanya
massa pada kuadran kiri atas dan menunjukkan adanya hematom subkapsular atau
perisplenik.
·
Hematom kuadran kiri atas, jika besar,
dapat menggeser bayangan dari tepi caudal bawah lien, menjadi gambaran
splenomegali.
·
Hematom subkapsular dapat memberikan gambaran yang hampir sama, danmassa
yang ada memiliki batas yang tegas.
·
Pergeseran gambaran ginjal kiri juga
mungkin ditemukan.
·
Batas lien tidak jelas, tapi
gambaran ini tidak spesifik.
·
Darah retroperitoneal dapat menghapus
gambaran ginjal kiri dan batas otot psoas.
USG
Pemeriksaan USG sulit dilakukan pada pasien trauma
dengan distensi abdomen. USG berguna untuk mendiagnosis cairan bebas intraperitoneal. Darah dalam
peritoneum tampak sebagai gambaran cairan anechoic, kadang dengan
septiasi, memisahkan bagian usus dengan organ solid disekitarnya. USG kurang
sensitif dibanding CT Scan untuk mendiagnosis trauma organ solid atau trauma
intestinal.
Tujuan utama pemeriksaan USG lien pada trauma
tumpul abdomen yaitu untuk menentukanapakah ada darah di kuadran kiri atas.
Computed Tomography Scan
CT scan digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan
trauma tumpul tidak hanya sebagai awal, tetapi juga untuk tindak lanjut,
ketika pasien ditangani secara non-bedah. CT juga semakin banyak
digunakan untuk trauma tembus yang secara tradisional ditangani dengan
operasi.
| |
4.
Apa penanganan yang tepat diberikan
untuk pasien dengan trauma lien?
Penatalaksanaan secara tradisional adalah
splenektomi. Akan tetapi, splenektomi sedapat mungkin dihindari, terutama
pada anak-anak, untuk menghindari kerentanan permanen terhadap infeksi.
Kebanyakan laserasi kecil dan sedang pada pasien stabil, terutama anak-anak,
ditatalaksana dengan observasi dan transfusi. Kegagalan dalam penatalaksanaan
obsevatif lebih sering terjadi pada trauma grade III, IV, dan
V daripada grade I
dan II. Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada
keadaan ruptur lien meliputi splenorafi dan splenektomi.
SPLENORAFI
Splenorafi adalah operasi yang
bertujuan mempertahankan lien yang fungsional dengan teknik bedah.
Tindakan ini dapat dilakukan pada trauma tumpul maupun tajam. Tindakan bedah
ini terdiri atas membuang jaringan non-vital, mengikat pembuluh
darah yang terbuka, dan menjahit kapsul lien yang terluka.
SPLENEKTOMI
Splenektomi adalah sebuah metode operasi
pengangkatan limpa yang merupakan bagian dari sistem getah
bening. Splenektomi biasanya dilakukan pada trauma
limpa, penyakit keganasan tertentu pada limpa (hodgkin`s disease dan non-hodgkin`s
limfoma, limfositis kronik, dan CML), hemolitik jaundice, idiopatik
trombositopenia purpura, tumor, kista dan splenomegali. Indikasi lainnya
dilakukan splenektomi ialah pada keadaan luka yang tidak disengaja
pada operasi gaster atau vagotomy dimana melibatkan
flexura splenika diusus.
Mengingat fungsi filtrasi lien, indikasi
splenektomi harus dipertimbangkan benar. Selain itu, splenektomi merupakan
suatu operasi yang tidak boleh dianggap ringan. Eksposisi lien sering tidak
mudah karena splenomegali biasanya disertai dengan perlekatan pada diafragma.
Splenektomi dilakukan jika terdapat kerusakan lien yang tidak dapat diatasi dengan
splenorafi, splenektomi parsial, atau pembungkusan. Splenektomi parsial bisa
terdiri dari eksisi satu segmen yang dilakukan
jika ruptur lien tidak mengenai hilus dan bagian yang
tidak cedera masih vital.
SPLENEKTOMI
TOTAL
Splenektomi total dilakukan
jika terdapat kerusakan parenkim lien yang luas, avulsi lien,
kerusakan pembuluh darah hilum, kegagalan splenorapi
dan splenoktomi parsial.
Lebih dari 50% dari semua ruptur lien memerlukan splenektomi
total untuk mengurangi resiko
dikemudian hari.
Efek Pengangkatan Lien :
1. Sel darah merah harus
benar-benar dihitung (seharusnya mengalami peningkatan seldarah
merah) karena penghancuran sel darah merah oleh lien
terhenti, tetapi dapat pula terjadi penurunan sel darah merah sehingga
terjadi anemia ringan.
2.Sel darah putih dan trombosit akan
meningkat.
3.Mekanisme pertahanan oleh
sistem kekebalan tubuh akan kurang.
4.Tidak ada pertahanan terhadap tetanus
karena lien satu-satunya tempat di mana terdapat kekebalan terhadap tetanus.
|
11/02/2016
Filled Under: kasus ruptur lien trauma abdomen, Lapkas Ruptur Lien, Laporan Kasus, Laporan Kasus Ruptur Lien, Preskas Ruptur Lien, Ruptur Spleen
Laporan Kasus Ruptur Lien
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment